Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ketika
kita beribadah maka salah satu tujuannya adalah meraih pahala. Kata pahala
sepertinya sudah menjadi sebuah rahasia umum dan seringkali kita dengar mulai sejak kecil
hingga tua, saat hadir di majelis taklim maupun di pelajaran agama sekolah.
Kebanyakan dari kita juga memahami bahwa pahala menjadi salah satu tolok ukur diri kita apakah masuk atau tidaknya di surga kelak.
Namun
anehnya kalau kita ditanya apakah pahala itu? Rata-rata dari kita mengalami
kebingungan. Pertanyaannya adalah apakah pahala itu mempunyai satuan (berat, liter, dll) layaknya sebuah barang/benda sehingga dapat dijadikan sebagai
pembanding dengan dosa sewaktu di akhirat nanti saat dihisab sekaligus menjadi dasar bahwa berat mana antara pahala dan dosa? Sepertinya pemakaian satuan tertentu kok rancu. Masak sih maksud dari yaumil hisab (hari perhitungan) antara
dosa dan pahala ditimbang di neraca seperti yang kita pahami layaknya timbangan saat hidup di dunia ini? Mungkin pemikiran ini terjadi (bahkan sudah menjurus ke doktrin)
karena rata-rata dari kita tidak paham Al-Qur’an atau jangan-jangan kita memang
malas membuka Al-Qur’an dan men-tafakuri-nya. Katanya beriman kepada kitab, lha
kok gak pernah membuka kitab. Apa jadinya kita hidup di dunia ini tanpa
mempelajari dan memahami isi kandungan Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk
hidup, pastilah pemahaman ber-agama kita banyak yang salah kaprah. Kalau ini
yang terjadi, maka jalan salahkan Allah SWT dong kalau dalam menjalani hidup
ini seringkali kita tergagap-gagap (sedih, berduka cita, galau, gelisah, dll) setiap
kali menghadapi masalah, musibah dan cobaan hidup.
Pertanyaan
lainnya adalah kalau memang ibadah kita diterima Allah SWT dan mendapat pahala,
apa sih tanda dan buktinya? Disini pula kita mengalami kebingungan untuk
menjawabnya. Maka tidaklah mengherankan ketika kita ditanya mengenai hal ini,
kita sering mengeles dengan mengatakan, “masalah
pahala saya serahkan kepada Allah SWT”. Memang sih, surga, neraka, pahala,
dosa, petunjuk, sesat, adalah hak prerogatif Allah SWT, namun
kok ya kebangetan kita ini. Mengapa? Lha kita menjalankan ibadah tapi anehnya
kita tidak tahu apakah ibadah kita diterima atau tidak. Kita tidak tahu tanda
dan buktinya. Ujung-ujungnya kita menjalan ibadah sebatas menggugurkan
kewajiban sehingga tidak berdosa dan tidak masuk neraka.
Rasulullah
Muhammad SAW pernah bersabda bahwa dunia adalah ladang akhirat. Artinya, apa
yang kita kerjakan di dunia sudah mencerminkan kondisi kita nanti di akhirat
kelak. Ibarat seorang petani ketika menaman padi, maka apa yang dikerjakan
sudah diketahui hasilnya. Pengolahan tanah yang benar, bibit yang unggul,
irigasi yang bagus, pemupukan dan pengobatan yang sesuai aturan, pastilah akan
menjadikan tanaman padi tumbuh subur dan hasilnya baik. Hingga nanti sampai
waktu yang telah ditentukan, maka si petani akan menikmati hasil panennya.
Demikian
pula dalam kita beribadah di dunia ini, maka tidak atau diterimanya ibadah kita
(ada pahala) seharusnya kita yang menjalankan sudah tahu tanda dan buktinya.
Lalu apa tanda dan buktinya bahwa ibadah kita mendapat pahala? Mari kita buka
Al-Qur’an supaya tidak salah jalan dan membabi buta (salah kaprah) dalam
beragama.
Tanda dan bukti bahwa ibadah kita mendapat pahala adalah
berupa nikmat iman dan nikmat islam (nur iman dan nur islam). Inilah tanda dan
bukti seseorang diterima ibadahnya dan mendapatkan nur (cahaya) sehingga dalam
hidupnya senantiasa mendapat bimbingan, tuntunan dan petunjuk dari Allah SWT,
sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat berikut ini.
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima)
agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang
membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah
membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (QS.
Az-Zumar 39:22).
“Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya
(petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun” (QS.
An-Nur 24:40)
Manusia yang telah mendapat nur iman dan islam maka
hidupnya tidak akan pernah sedih, berduka cita, galau dan gelisah ketika
menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan keinginannya (nafsunya). Manusia
jenis ini juga tidak pernah berlebih–lebihan ketika mendapat nikmat. Semua
disyukuri dan kesadarannya senantiasa hanya tertuju kepada Allah SWT karena
apa-apa yang diterimanya semua berasal dari Allah SWT. Inilah tanda dan bukti
bahwa dalam beragama dan menjalankan ibadah kita mendapat pahala berupa nur iman dan nur islam.
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS.
Al-Baqarah 2:112).
Nur iman dan nur islam yang kita terima di dunia ini
adalah sebagai tolok ukur kehidupan kita di akhirat kelak yaitu apakah kita masuk surga atau neraka. Nur (cahaya) inilah
sebagai “neraca” di
hari perhitungan (yaumil hisab).
Keberadaan nur ini
akan nampak begitu kita dihidupkan lagi oleh Allah SWT setelah
kiamat kubra terjadi.
“pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka
yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada
mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu
rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. Adapun
orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah
(surga); mereka kekal di dalamnya”. (QS. Ali Imran 3:106-107).
Lalu bagaimana cara kita meraih nur iman dan nur islam?
Jawabannya dapat anda temukan dengan cara men-download di E-BOOK pertama saya yang berjudul MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH (silahkan klik
judul di samping yang berwarna merah dan silahkan baca syarat dan
ketentuan untuk mendapatkan E-BOOK tersebut). Anda juga dapat mendownload
E-BOOK kedua saya yang berjudul MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH(silahkan klik judul di
samping yang berwarna
merah dan silahkan baca syarat dan ketentuan untuk mendapatkan E-BOOK
tersebut). Semoga bermanfaat di dunia dan akhirat.
Amin ya Rabbal’alamiin.
Tetap ISTIQOMAH untuk
meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
trima kasih atas artikelnya,"mudah 2an manfaat dunia akherat
BalasHapustrima kasih artikelnya mudah 2an berkah dunia akhirat
BalasHapus